Sidoarjo, Kampus Ursulin - Sanmaris, Setiap bulan Agustus, suasana di SD Katolik Santa Maria 2 Sidoarjo berubah menjadi lebih hidup, penuh warna, dan sarat makna. Bendera merah-putih berkibar gagah di halaman sekolah, suara riuh siswa bersahut-sahutan, dan aroma semangat kebangsaan memenuhi udara. Di antara beragam kegiatan perayaan Hari Kemerdekaan, salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah mading siswa bertema 17 Agustus, sebuah ruang ekspresi yang sederhana namun kaya makna.

Mading ini bukan sekadar papan yang dipenuhi kertas, gambar, atau potongan artikel. Mading yang dibuat oleh para siswa SD Santa Maria 2 Sidoarjo adalah gambaran besar dari bentuk kebersamaan dan pembelajaran, tempat di mana setiap siswa dapat berkontribusi secara langsung sesuai kemampuan dengan kemampuan yang mereka miliki. Guru menjadi perantara dan mediator yang membimbing siswa menulis, menggambar, menempel, dan mendiskusikan, hingga akhirnya terbentuk satu karya seni yang utuh dan bermakna: sebuah narasi visual kebangsaan dalam bingkai merah putih.

Bagi SD Katolik Santa Maria 2 Sidoarjo, mading 17 Agustus bukanlah program seremonial musiman. Ia adalah jejak pembelajaran kolektif, arsip visual yang setiap tahun berubah namun selalu menyimpan semangat yang sama: bahwa kemerdekaan adalah amanah yang harus dijaga dengan kebaikan dan kasih.

Di tengah dunia yang serba digital, mading fisik mungkin terlihat sederhana. Namun justru kesederhanaannya itu yang menjadikannya istimewa: papan kayu yang ditempeli kertas mampu memanggil imajinasi, membangkitkan rasa syukur, dan mengikat kebersamaan. Di sana, anak-anak SD Santa Maria 2 Sidoarjo mulai dari kelas 1 hingga kelas 6 telah banyak belajar bahwa mencintai Indonesia berarti berbuat baik setiap hari—dari kelas, dari doa, dan dari karya sederhana yang ditempel di mading sekolah.

Dirgahayu Indonesiaku!

Penulis: Tri Yulianah, S.Pd.