Sidoarjo, Kampus Ursulin – Sanmaris, siswa-siswi Kampus Santa Maria Sidoarjo kembali mengikuti perayaan ekaristi bulanan di lapangan basket kampus. Romo Karel dari Paroki Santa Maria Annuntiata Sidoarjo mempersembahkan misa yang dilaksanakan tepat di tanggal 7 Oktober 2024 yang merupakan Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Ratu Rosario dalam Kalender Liturgi gereja.
Dalam sejarahnya, Paus Pius V menetapkan Pesta Santa Perawan Maria Ratu Rosario dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa terimakasih kepada Bunda Maria atas kemenangan pasukan Kristen melawan pasukan Turki di Lepanto pada tanggal 7 Oktober 1571.
Dari Injil yang disampaikan hari ini sebenarnya kita mendapatkan keyakinan akan Bunda tercinta kita, Maria. Injil mengisahkan tentang orang Samaria yang baik hati. Kisah ini menunjukkan kepada kita bahwa ia menunjukkan totalitas-nya, kesungguhan-nya sebagai sesama bagi mereka yang sedang menderita. Totalitasnya itu nampak: “Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.” Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, menyiram luka-lukanya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Orang samaria itu menjadikan kehadirannya sebagai berkat bagi sesamanya, terkhusus mereka yang butuh bantuan pertolongan.
Sama seperti Bunda Maria, bunda kita semua. Bunda Maria menaruh cinta dan perhatiannya kepada kita, anak-anaknya. Umat Katolik yang berada dalam bahaya dan masa sulit selalu memiliki kebiasaan untuk berlindung kepada Maria. Mereka percaya bahwa Maria akan membantu dengan menyampaikan pada putraNya untuk menguraikan simpul-simpul kesulitan yang dialami.
Bapa Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Gaudete et Exultate 19 Maret 2018, no. 176, meneguhkan demikian: Maria adalah orang kudus di antara para kudus, yang paling terberkati. Ia mengajari kita jalan menuju kekudusan dan menyertai kita. Ia tidak mau bila kita jatuh lalu tetap tinggal di tanah, dan kadang-kadang ia menggendong kita tanpa menghakimi kita. Percakapan kita dengannya menghibur kita, membebaskan dan menguduskan kita. Maria, bunda kita, tidak membutuhkan banyak kata. Ia tidak membutuhkan kita untuk berusaha menceriterakan apa yang terjadi. Cukuplah selalu dan senantiasa membisikkan: “Salam Maria..”
Lebih lanjut dalam kotbahnya Romo Karel juga mengajak kita semua untuk selalu berbuat baik kepada semua orang tanpa pandang bulu. Seperti orang Samaria yang menolong sesamanya yang menderita, kitapun diharapkan juga bisa memberikan pertolongan kepada sesama yang membutuhkan di mana pun dan kapan pun kita berada.
Salam Maria, doakanlah kami. Bantulah kami senantiasa. Amin.
Penulis : Juliana Intarti, S.T.
Editor : Nicolaus Henry S.