News &
Updates

News Image

Share

Hari Konservasi Alam Nasional: Alam bukan hanya milik hari ini, mari membangun sinergi!
11 Agustus 2025

Sidoarjo, Kampus Ursulin - Di berbagai penjuru Indonesia, pemandangan indah terlihat: anak-anak sekolah menanam bibit pohon bersama para pegiat konservasi senior, remaja membersihkan pantai ditemani nelayan yang berbagi cerita tentang laut di masa lalu, hingga pelajar menjadi Gerakan ini menegaskan bahwa konservasi tidak mengenal batas usia. Generasi muda membawa energi dan kreativitas, sedangkan generasi senior membawa pengetahuan dan pengalaman berharga. Jika keduanya berjalan bersama, kekuatan menjaga bumi akan berlipat ganda. “Kolaborasi lintas generasi bukan hanya tentang menanam pohon hari ini, tapi menanam harapan untuk anak cucu kita,” ujar Budi Santoso, aktivis lingkungan dari Malang.

Sejarah konservasi alam di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari upaya pelestarian yang telah berlangsung jauh sebelum kemerdekaan. Pada tahun 1937, Dr. Sijfert Hendrik Koorders—seorang botanis Belanda—memprakarsai pendirian organisasi Netherlandsch Indische Vereeniging tot Natuurbescherming, yang memelopori penetapan sejumlah kawasan lindung seperti Krakatau, Ijen, dan Banten. Setelah kemerdekaan, komitmen tersebut diformalkan melalui berbagai kebijakan, termasuk Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yang menetapkan fungsi hutan menjadi tiga kategori utama: konservasi, lindung, dan produksi. Puncak pengakuan formal terhadap pentingnya pelestarian alam terjadi pada 2009, ketika Keputusan Presiden No. 22 menetapkan 10 Agustus sebagai Hari Konservasi Alam Nasional—sebuah tonggak yang tidak hanya mengandung makna simbolis, tetapi juga strategis dalam pembentukan kesadaran lingkungan nasional.

Melalui sinergi ini, diharapkan terbentuk kesadaran kolektif bahwa bumi adalah tanggung jawab bersama. Konservasi bukan merupakan tugas segel kepada orang, tetapi gerakan semua orang—dari anak-anak hingga orang tua—untuk memastikan udara tetap segar, udara tetap jernih, dan hutan tetap rindang. Hari ini adalah pengingat bahwa masa depan yang lebih baik dimulai dari langkah-langkah kecil yang kita lakukan bersama, sekarang.

Dengan demikian, Hari Konservasi Alam Nasional 2025 tidak sekadar menjadi agenda tahunan, melainkan momentum strategis untuk merekonstruksi hubungan antara manusia dan alam dalam kerangka lintas generasi. Keberlanjutan lingkungan bukan hanya soal melestarikan keanekaragaman hayati, tetapi juga mempertahankan kesinambungan pengetahuan, nilai, dan komitmen moral yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam konteks inilah, Hari Konservasi Alam Nasional 2025 dapat dibaca sebagai manifestasi sinergi sosial-ekologis yang menjadi fondasi bagi masa depan bumi yang lebih lestari.

 

Penulis: Maria Leonica Wuryke Budiyanto,  S.Pd.

Editor: Duncan Matthew Daunan, S.Fil.