News &
Updates

News Image

Share

Menyelami Kebudayaan di Trowulan
21 Oktober 2024

Sidoarjo, Kampus Ursulin – Sanmaris, hari Kamis 17 Oktober yang lalu sebanyak 64 siswa kelas 4 dan beberapa guru pendamping mengunjungi Museum Trowulan dan sebuah situs peninggalan kerajaan Majapahit yaitu Candi Bajang Ratu di Kabupaten Mojokerto. Kegiatan yang bertajuk Outdoor Learning ini diikuti dengan sukacita dan penuh semangat oleh para peserta. 

Perjalanan selama hampir dua jam dari Sidoarjo sampai ke Mojokerto tidak dirasa melelahkan oleh para siswa. Mereka terus bernyanyi dan bersenda gurau di dalam bis saat perjalanan. 

Begitu tiba di Museum Trowulan mereka disambut oleh keasrian suasana museum tersebut. Seusai foto bersama per kelas di pintu gerbang, para siswa berjalan menuju pendopo yang ditentukan. Di sana bersama bu Reny sebagai pemandu, mereka mendengarkan cerita mengenai Museum Trowulan dan Kerajaan Majapahit. Para siswa selain mendengarkan juga bersemangat mengerjakan LKS yang disiapkan guru pendamping. 

Kemudian, saat yang ditunggu-tunggu tiba. Para siswa didampingi para guru dan pemandu berkeliling lokasi museum serta melihat berbagai koleksi yang tersedia. Ada banyak benda peninggalan sejarah di Museum Trowulan ini. Tidak hanya dari Majapahit, namun ternyata di museum ini juga terdapat  peninggalan / situs yang ditemukan di seluruh daerah Jawa Timur. “Namun, memang yang paling banyak dalah kerajaan Majapahit karena di Trowulan ini memang pusat kerajaan Majapahit”, kata Bu Reny. Benda-benda tersebut mulai dari koleksi batu, koleksi tanah liat, koleksi keramik dan koleksi logam. 

Sekitar pukul 11.15, siswa dan guru bergerak menuju candi Bajang Ratu. Sebuah candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang sangat terkenal. Candi Bajang ratu dibangun untuk menghormati Jayanegara, raja kedua Majapahit tahun 1309-1328 Masehi. Menurut pemandu yang menemani peserta, kata “bajang” mempunyai arti kecil dan kata “ratu” berarti raja/ ratu. Sehingga bajang ratu memiliki makna “raja kecil”. Raja Jayanegara menjadi raja seusai ayahnya Raden Wijaya meninggal meskipun saat itu umurnya sekitar 15 tahun. “Candi ini dibangun untuk menghormati / mengingat sang Raja kecil saat dia meninggal”, kata Bapak pemandu. 

Kegiatan ODL belum selesai. Menginjak pukul 13.00 para peserta bergerak menuju Museum Gubug Wayang. Di museum ini kita disuguhi dengan berbagai jenis wayang yang ada di seluruh nusantara. Selain itu juga ada pusaka asli Indonesia, alat musik tradisional, mainan anak–anak, topeng dan lain lainnya. Dibagi menjadi 2 kelompok besar, masing-masing kelompok siswa kelas 4 didampingi oleh seorang pemandu. Beliau menerangakan dan menceritakan berbagai jenis wayang dengan penuh semangat. Siswa-siswi pun terkagum-kagum dan terpesona melihat banyaknya jumlah dan jenis  wayang di museum itu. 

Museum Trowulan dan situs peninggalan kerajaan Majapahit serta Museum Gubug Wayang yang dipilih sebagai tempat ODL (Outdoor learning) menyajikan kebudayaan dan sejarah Indonesia yang masih dilestarikan sampai saat ini. Hal ini dapat menjadi contoh nyata bagi siswa untuk melihat langsung situs dan peninggalan sejarah yang masih terawat sampai saat ini dan orang-orang yang terkait langsung dengan pelestarian situs-situs tersebut. Siswa akan mendapat pengalaman belajar yang luar biasa. Tidak hanya materi yang berkaitan dengan mata pelajaran, tetapi juga bentuk nyata dari sejarah serta proses pelestarian peninggalan sejarah tersebut.

Aku bangga dengan kebudayaan negeriku!! 

Nicolaus Henry S. 

 

Museum Trowulan
Museum Gubug Wayang 
Candi Bajang Ratu