Sidoarjo, Kampus Ursulin - Sanmaris, Pagi itu, langit masih bergelayut dengan awan tipis yang seolah menyembunyikan sinar matahari pertama bulan Juli, namun halaman Sekolah Santa Maria II telah hidup oleh keriuhan yang khas: suara langkah kaki, bisikan gugup para siswa baru, serta sambutan hangat dari para kakak kelas dan para guru. Hari itu adalah hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah — bukan sekadar rutinitas tahunan, tetapi awal dari perjalanan panjang yang akan mengukir kenangan mendalam dalam lembar kehidupan para siswa.
Gerbang sekolah berdiri megah, dihiasi spanduk besar bertuliskan Selamat Datang Peserta Didik Baru – MPLS Santa Maria II 2025: Menjadi Cahaya, Menjadi Teladan. Di balik gerbang, satu per satu siswa mengenakan seragam putih biru yang masih kaku dan bersih melangkah masuk dengan wajah-wajah yang dihiasi oleh harapan, rasa ingin tahu, dan tentu saja, kegugupan.
Di tengah lapangan, para anggota OSIS berseragam lengkap telah bersiap sejak pukul enam pagi, dengan senyum tulus dan semangat membara. Mereka berdiri dalam barisan rapi, menyambut siswa baru dengan tepuk tangan dan sorakan penyemangat, menjadikan atmosfer hari itu bukan sebagai beban, tetapi sebagai momen perayaan. Ada suasana kekeluargaan yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, seolah sekolah itu sendiri sedang membuka tangannya, merangkul anak-anak baru dalam pelukannya yang hangat.
Acara dibuka dengan doa pagi bersama. Doa itu tidak hanya menjadi ritual spiritual, tetapi juga menjadi momen kontemplasi yang meresapi ruang—menghubungkan hati, niat, dan semangat seluruh peserta dengan nilai-nilai yang dipegang teguh oleh sekolah: iman, integritas, dan pelayanan.
Setelah doa, Kepala Sekolah, Ibu Laurencia Agustina, naik ke atas panggung dengan langkah tenang. Dalam pidato sambutannya, beliau tidak hanya memperkenalkan visi dan misi sekolah, tetapi juga menyampaikan sebuah pesan sederhana namun mendalam: “Di sekolah ini, kalian bukan hanya diajarkan untuk pintar, tetapi untuk menjadi manusia. Kalian akan belajar mencintai sesama, mengasihi bumi, dan menjadi pribadi yang berkarakter.”
Akhir hari ditutup dengan doa penutup di aula. Para siswa diminta menyalakan lilin kecil sebagai simbol cahaya yang telah mereka terima hari itu. Dalam suasana hening dan syahdu, seluruh aula diterangi oleh cahaya lilin—lembut namun penuh makna. Cahaya itu melambangkan bahwa setiap anak, meski masih baru dan belum mengenal semua wajah, telah menjadi bagian dari komunitas besar yang penuh cinta.
Tepat pukul 11.00 WIB, kegiatan MPLS hari pertama selesai. Para siswa keluar dari gerbang sekolah dengan langkah yang berbeda dari pagi tadi. Ada kelelahan, tentu saja, tapi ada juga sesuatu yang lain—sebuah kilau di mata, seberkas senyum di bibir, dan harapan yang mulai tumbuh. Mereka tidak hanya mengenal sekolahnya hari itu, tetapi juga mulai mengenali dirinya sendiri di dalam komunitas yang baru.
Penulis: Duncan Matthew Daunan, S.Fil.